Wednesday, May 27, 2009

Jangan Salah Didik Anak Ya!

Senin, 25 Mei 2009 | 16:36 WIB

KOMPAS.com - Sedikitnya tujuh potensi kecerdasan utama pada manusia. Ada kecerdasan linguistik atau verbal, kecerdasan numeris atau logis, kecerdasan visual atau spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal atau sosial, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.

Sayang, banyak orang tua bahkan guru salah dalam mendidik anak. Mereka kurang memahami perilaku anaknya, termasuk dalam cara mendidik anaknya agar tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas.

Seringkali anak yang hiperaktif, suka mengganggu teman, dicap sebagai anak bandel. Anak yang tidak suka membaca dikatakan anak malas belajar. Bahkan ada orang tua memaksa sedemikian rupa anaknya supaya rajin belajar tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Ini karena banyak orang tua belum menyadari berbagai aspek tentang hal-hal yang mempengaruhi kemampuan atau kecerdasan anak-anaknya.

Motivator Pendidikan, Yusef J. Hilmi pada seminar Cara cerdas menjadikan anak cerdas di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel menyebutkan ada banyak cara mengoptimalkan kecerdasan anak mulai dari asupan gizi, peranan musik untuk belajar dan menggunakan otak kanan dan kiri secara seimbang.

Otak kiri menunjukkan kemampuan yang berkaitan dengan analitik, seperti rasional, analisis, matematis, dan bahasa verbal. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan kemampuan kreatif seperti intuitif, lagu dan musik, bahasa gambar, simbol, dan imajinasi. Maka orang tua sebisa mungkin memberikan sebuah lingkungan yang merangsang aktivitas dan fungsi belahan otak kiri dan juga kanan, ujarnya.

Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun kecerdasan antara lain dengan memberikan anak sebuah kehidupan yang lebih nyaman dengan banyak memberi senyuman.

Biarkan anak menangis atau bersedih pada saat dirinya terluka secara emosional atau fisik, menyendiri ketika dia perlu mengerjakan sesuatu. Dan bersemangat serta membiarkannya ketika sedang sangat gembira, urainya.

Yusef menganjurkan agar komunikasi dengan anak sebaiknya dalam konteks membangun percaya diri anak. Anggaplah benar segala omongan anak. Tugas pendengar adalah membiarkan anak menyelesaikan pembicaraannya. Tugas pendengar adalah mengkondisikan agar keluar semua yang ingin dibicarakan.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/25/16360674/jangan.salah.didik.anak.ya

Monday, May 25, 2009

Wanita Punya Andil dalam Perselingkuhan Pasangannya?

Kamis, 14 Mei 2009 | 16:03 WIB

KOMPAS.com - Pembahasan tentang perselingkuhan memang tidak ada habis-habisnya. Misalnya, mengapa pria berselingkuh? Konsultan perkawinan M. Gary Neuman membongkar kembali penelitian yang pernah dilakukannya mengenai ketidaksetiaan pria, dan mendapati bahwa kebanyakan jawabannya datang dari sudut pandang wanita. Apakah pria akan memberikan jawaban yang sama? Maka Neuman melakukan survei terhadap 200 suami yang pernah berselingkuh maupun tidak, untuk mendapatkan alasan sebenarnya di balik ketidaksetiaan pria. Hasilnya ia susun dalam buku berjudul The Truth About Cheating. Simak sebagian hasilnya berikut ini.

48% pria mengatakan ketidakpuasan emosional sebagai penyebab mereka berselingkuh.
Hanya 8% dari pria mengatakan bahwa ketidakpuasan seksual adalah faktor utama dalam perselingkuhan yang dilakukan. "Budaya kita mengatakan bahwa yang diperlukan pria untuk bahagia adalah seks," ujar Neuman. "Namun pria juga mahluk yang emosional. Mereka ingin pasangannya menunjukkan bahwa mereka dihargai, dan mereka ingin perempuan mengerti betapa sulit baginya untuk menyelesaikan masalah."

Pria memang tidak seperti wanita yang mudah mengekspresikan perasaannya, sehingga kita seringkali tidak tahu jika Si Dia membutuhkan pengakuan. Kebanyakan pria juga menganggap bahwa menuntut perhatian dari pasangan akan terkesan cengeng, namun di sisi lain mengakibatkan kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi. "Anda dapat menciptakan budaya saling menghargai dan memperhatikan dalam pernikahan. Sekali Anda melakukannya, pasangan pasti akan menerimanya," tambah Neuman.

66% pria yang berselingkuh mengaku merasa bersalah.
Ternyata, bukan cuma pria "brengsek" yang pernah berselingkuh. Dalam kenyataannya, 68% orang yang berselingkuh tak pernah berharap bahwa mereka akan tidak setia, dan hampir semua berharap tidak melakukannya, demikian hasil penelitian Neuman. Namun Anda tahu, rasa bersalah saja ternyata tidak menghentikan tindakan pria untuk berselingkuh. Pria, menurut Neuman, pandai membagi-bagi perasaan. Mereka bisa menahan perasaan mereka, dan menyelesaikannya belakangan. Jadi, meskipun pasangan Anda bersumpah tak akan berselingkuh, tetap lah waspada. Lebih baik Anda terus mengusahakan hubungan dan komunikasi yang harmonis.

77% pria yang berselingkuh memiliki teman baik yang juga berselingkuh.
Berteman dengan orang-orang yang tidak jujur dengan pasangannya membuat selingkuh seperti sesuatu yang normal, dan menganggapnya sebagai peluang. Ia akan berpikir, temannya adalah orang baik yang pernah membohongi istrinya. Kita memang tak bisa melarang pasangan untuk berteman dengan teman-temannya itu, namun kita bisa meminta agar suami lebih banyak menghabiskan waktu bersama di lingkungan yang tidak memungkinkan orang berselingkuh, misalnya di tempat olahraga atau di restoran keluarga. Strategi lainnya yang lebih mungkin dilakukan adalah membangun lingkungan sosial yang terdiri atas pasangan-pasangan yang harmonis.

40% pria yang berselingkuh menemui WIL-nya di tempat kerja.
"Seringkali wanita yang dijadikan selingkuhan di kantor adalah orang yang memujanya, mengaguminya, dan sering menghargai usahanya," jelas Neuman. Itulah sebabnya, penting bagi pria untuk merasa dihargai di rumah. Untungnya, ada peringatan yang jelas untuk melihat bahwa suami sedang dekat dengan rekan kerjanya: Jika ia beberapa kali menyebut nama seorang rekan kerja wanitanya, Anda harus mulai waspada. Inilah waktu bagi Anda berdua untuk menetapkan batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh di tempat kerja, demikian saran Neuman. Bolehkah ia bekerja lembur jika di kantor hanya ada dia dan rekan wanitanya tersebut? Bisakah mereka melakukan perjalanan dinas bersama? Makan bersama di luar untuk mendiskusikan pekerjaan? Tanyakan pula apakah hal ini juga berlaku untuk Anda dengan rekan kerja pria di kantor Anda.

Hanya 12% pria berselingkuh yang mengatakan kekasih gelapnya lebih menarik daripada istrinya.
Dengan kata lain, pria tidak berselingkuh karena mengira akan melakukan hubungan seksual yang lebih hebat dengan wanita yang lebih menarik. Dalam banyak kasus, pria berselingkuh untuk mengisi kekosongan emosional. Pria merasakan koneksi dengan wanita lain, dan seks adalah sarananya. Maka jika Anda mengkhawatirkan ketidaksetiaan, berfokus lah untuk membentuk hubungan yang lebih bersifat memenuhi kebutuhan emosional pasangan, bukan sekadar mempercantik diri atau menguasai suatu posisi seks baru. Namun seks juga penting; inilah salah satu cara pria mengekspresikan cinta dan perasaannya pada Anda.

Hanya 6% pria berselingkuh yang melakukan hubungan intim degnan wanita yang ditemuinya pada hari yang sama.
Sebanyak 73% pria ingin mengenal wanita yang menjadi sasaran perselingkuhannya lebih dari sebulan sebelum mulai berselingkuh. Artinya, Anda seharusnya dapat menangkap tanda-tandanya sebelum perselingkuhan itu terjadi. Perhatikan, apakah ia mulai menghabiskan waktu lebih banyak di luar, berhenti mengajak bercinta, lebih sering menyulut pertengkaran, atau tidak menjawab panggilan Anda. Jika Anda berinisiatif mengkonfrontasinya, kebanyakan pria akan mengatakan bahwa berpikir untuk selingkuh pun tidak pernah, terutama jika hubungan secara fisik memang belum terjadi. Jika hal ini terjadi, saran Neuman, Anda lah yang harus mengontrol perilaku Anda. Jangan ragu menunjukkan penghargaan Anda untuknya, cari waktu untuk jalan-jalan bareng, dan tunjukkan inisiatif Anda untuk bercinta. Sampaikan juga bahwa Anda merasa ada sesuatu yang terjadi, tanpa menuduhnya, seperti, "Rasanya kok kita sekarang sudah jarang jalan-jalan bareng lagi, ya? Aku nggak pingin hubungan kita makin renggang."

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/14/16035223/wanita.punya.andil.dalam.perselingkuhan.pasangannya

25 Persen Pria di Kota Besar Pernah Selingkuh

Rabu, 20 Mei 2009 | 22:44 WIB

KOMPAS.com - Psikolog Universitas Indonesia (UI) Yudiana Ratnasari, MSi, mengatakan, sekitar 25 persen pria yang sudah menikah khususnya yang tinggal di kota besar seperti Jakarta pernah melakukan perselingkuhan, dan 15 persen wanita yang berselingkuh adalah mereka yang sudah bekerja dengan alasan lebih bersifat emosional, seperti cinta (love) dan mendapat perhatian (care).

Yudiana mengatakan hal itu dalam dialog interaktif tentang memahami titik kritis sepanjang rentang kehidupan laki-laki dan perempuan menuju pembentukan keluarga hamonis yang dikuti ratusan anggota Dharma Wanita Persatuan BKKBN dan karyawati BKKBN di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan pula, data kasus perselingkuhan itu berdasarkan hasil sejumlah lembaga suvei.

Menurut dosen Fakultas Ilmu Psikologi (FPsi) UI itu, alasan pria sudah menikah melakukan perselingkuhan, karena alasan petualangan seksual, mengatasi kebosanan dengan pasangannya di rumah, ingin mendapatkan pelayanan seksual yang lebih baik, serta ingin lebih sering melakukan hubungan seksual.

Yudiana berharap, pasangan suami istri yang telah melewati usia perkawinan lebih dari 10 tahun mulailah untuk kembali mengisi kembali (charge) rasa cinta, agar perkawinan lebih dinamis dan ada riak cinta yang membuat hubungan tetap romantis, sehingga dapat dicegah upaya berselingkuh di antara suami dan isteri.

"Pasangan suami isteri usia perkawinana lebih 10 tahuan itu biasanya segala sesuatu berjalan seperti mesin, hubungan suami istri tidak lagi melibatkan passion (hasrat). Semata-mata dilakukan karena kewajiban, sehingga segala sesuatu berjalan seperti robot," katanya dalam dialog yang dipimpin Ketua Dharma Wanita Persataun BKKBN, Nurlaila S. Mazwar.

Selain itu, ia mengemukakan, pria umumnya secara lebih terbuka mengungkapkan apa yang diinginkan saat berhubungan intim dengan istrinya dibandingkan dengan perempuan. Bagi pria hubungan seksual juga merupakan salah satu pengungkapan sisi kejantanan, sedangkan untuk wanita sebagai kewajiban sebagai istri.

"Akibatnya, selama suami puas, ya tidak apa-apa toh? Ini pengabdian. Perempuan lebih sopan, pasif, nrimo dalam hal hubungan seksual," katanya.

Oleh karena itu, katanya, para suami dan istri perlu melakukan komunikas yang efektif dalam hal hubungan intim, sehingga tidak menjadi pemicu berselingkuh.

Yudiana menambahkan, hal yang menjadikan sumber konflik pada perkawinan umumnya menyangkut, masalah keuangan, ketidakpuasan terhadap kehidupan seksual, masalah pengasuhan anak, berkurangnya rasa cinta, masalah dalam keluarga besar (saudara), perselingkuhan, masalah komunikasi yang efektif.

Ia menjelaskan, kehidupan manusia terbagai atas empat kwadran, yaitu usia nol hingga 20 tahun sebagai masa anak-anak, usia 20 hingga 40 tahun sebagai masa dewasa muda, usia 40 hingga60 tahun sebagai dewasa madya, dan usia 60 tahun ke atas sebagai masa tua.

Bagi pria dan wanita pada usia dewasa madya adalah munculnya yang disebut krisis paruh baya (midlife crisis) yang pada pria ditandai fokus pada pekerjaan membuat aspek lain dari perkawinan sering terabaikan, menurunnya nafsu seksual, misalnya rambut mulai rontok, dan mengalami serangan jantung pertama.

Hal yang sama juga terjadi pada wanita, seperti munculnya gejala menopause. Gangguan emosional seringkali dikeluhkan, seperti depresi, kemurungan suasana hati (moodiness), bahkan keluhan fisik layaknya susah tidur (insomnia) terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Satu tahun sebelum masa menopause umumnya fungsi hormonal mengalami perubahan ibarat permainan roller coaster.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan Gender BKKBN, Dr Ratnasari Azhary, yang mewakili Kepala BKKBN, Sugiri Syarief, mengatakan bahwa acara dialog interatif dan seminar dimaksudkan memperingati Hari Kartini diharapkan dapat menjadikan pemahaman dalam mempertahanakan keluarga yang harmonis bagi jajaran keluarga besar BKKBN.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/20/22445647/25.persen.pria.di.kota.besar.pernah.selingkuh

Wednesday, May 20, 2009

Waspada bila Anda Mudah Tersinggung, Mungkin Sedang Depresi!

Selasa, 19 Mei 2009 | 21:34 WIB

KOMPAS.com — Depresi membuat hidup ini menjadi makin sulit. Segala sesuatu tampak tidak ada harapan. Dalam keadaan ini kita merasa seolah sendirian. Padahal, sebenarnya tidak demikian halnya.

Untungnya, banyak ahli jiwa menyebutkan bahwa gejala-gejalanya depresi dapat diatasi dan Anda bisa sembuh dari gangguan ini. Tapi, sayangnya kerapkali kita tidak sadar sedang depresi. Bahkan tidak mau dikatakan sedang depresi. Kalau begitu, apa saja tanda-tanda bahwa kita sedang depresi?

Berikut tanda-tanda depresi menurut situs webmd:
1. Merasa sedih, kosong, tidak ada harapan, dan mati rasa. Biasanya dialami sepanjang hari, setiap hari.
2. Hilangnya minat atas segala hal yang biasanya Anda nikmati. Bisa jadi Anda bakal bosan dengan hobi yang biasa Anda kerjakan. Anda akan merasa kesepian dan tidak tertarik dengan seks.
3. Anda mudah tersinggung atau kecewa. Mudah marah merupakan ciri khas saat depresi. Anda perlu rileks untuk itu.
4. Sulit membuat keputusan bahkan untuk persoalan sederhana sekalipun. Depresi akan menyulitkan Anda berpikir jernih dan berkonsentrasi.
5. Merasa mudah bersalah atau tak berguna. Biasanya akan muncul secara berlebihan. Meski bukan salah Anda, biasanya akan merasa bersalah terus-menerus.
6. Ingin bunuh diri. Tipe pikiran dan keinginan ini bervariasi. Ada yang menginginkan dirinya cepat mati tetap ada juga yang menyakiti dirinya sendiri.

Nah, Anda dalam situasi seperti inikah? Kalau ya, waspadalah!

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/19/21341094/waspada.bila.anda.mudah.tersinggung.mungkin.sedang.depresi

Something to Leave: Renungan dari Panggung Politik

Kenapa Boediono Mau Jadi Cawapres?

Selasa, 19 Mei 2009 | 15:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penilaian terhadap Boediono sebagai Muslim yang lurus dengan pribadi yang jujur, sederhana, dan konsisten diungkapkan secara gamblang oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai alasannya memilih Gubernur BI itu untuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden.

Di sisi lain, secara profesional mantan Menko Perekonomian ini pun dikenal sebagai akademisi yang berpikir utuh, loyal, cermat, dan jauh dari keinginan mencari muka. Itulah sederet alasan SBY yang diungkapkannya saat pendeklarasian pasangan SBY Boediono di Sabuga, Bandung, Jumat lalu.

Lantas bagaimana cerita Boediono sendiri? Apa yang terpikirkan olehnya saat pertama kali mendapat tawaran tersebut? Mengapa ia bersedia?

Siang ini (Selasa, 19/5), Boediono bersama rombongan berkunjung ke kantor harian Kompas di kawasan Palmerah, Jakarta. Dalam dialog dengan sang cawapres, antara lain terungkap sekelumit cerita seputar pencalonannya.

Di sini, Boediono mengaku bahwa pendekatan yang dilakukan SBY terhadap dirinya sudah dilakukan tiga atau empat minggu sebelum pendeklarasian. Dan dilanjutkan dengan sejumlah pertemuan sebelum akhirnya Boediono menyanggupi tawaran tersebut.

"Gini ya, kalau saudara-saudara pada suatu saat mungkin dipanggil oleh Presiden, the President of your country, untuk ngomong-ngomong mengenai masalah bangsa, kemudian memberikan ruang bahwa look ini ada ruang, di mana saudara bisa ambil peran ke depan. Kemudian ditawari would you mendampingi saya? Jawabannya gimana sih? Enggak banyak yang bisa kita lakukan kecuali, ya Pak, segera," kata Boediono.

Namun, toh tidak semudah itu. Boediono mengaku sempat meminta waktu cukup lama sebelum memberikan jawabannya. "Saya meminta waktu yang cukup banyak untuk merenung, sebenarnya. Apa iya saya cocok dan sebagainya. Ini saya pikir juga dengan keluarga dan sebagainya. BI bagaimana? Itu masuk dalam pikiran saya sebelum saya memutuskan. Jadi bukan serta-merta waktu itu. Itu makan waktu tiga mingguan, mungkin lebih, dari awalnya. Suatu proses, bukan mendadak, kemudian diputuskan oleh kedua belah pihak," tuturnya lagi.

Yang lebih menarik, pendekatan SBY ternyata diakui Boediono telah dirasakannya jauh sebelum mereka bertemu. Melalui percakapan per telepon yang sudah dilakukan SBY, Boediono sebenarnya sudah menduga mengenai sesuatu hal yang akan diberikan oleh SBY. "Sebelum itu saya sudah bisa merasakan ada sesuatu dari Pak SBY kok. Yang mungkin saya baru diajak ngomong tentang sesuatu. Signal melalui hubungan telepon pun ada. Getarannya bisa ditangkap gitu ya," katanya sambil tertawa.

Namun, ia kembali menegaskan bahwa tawaran resmi dari SBY baru diterimanya sekitar tiga minggu silam. Dan, jawaban kesediaan Boediono baru disampaikan pada sebuah acara di Cikeas hari Minggu sebelum pendeklarasian. "Saya kan tidak bisa mengatakan iya. Karena saya bukan politikus. Kalau politikus seketika bilang iya pasti. Kalau saya mikir dulu. Dengan keluarga dengan macem-macem. Tapi akhirnya baru mungkin syukuran di Cikeas, Minggu malam, malamnya kami ketemu lagi. Jadi belum lama juga ya? Tapi prosesnya panjang. Saya bertekad untuk tidak jadi ban serep. Titik," tegasnya.

Boediono menerima tawaran tersebut karena ia meyakini ada kesempatan baginya untuk memberikan kontribusi lebih besar sesuai kapabilitasnya. "Satu hal yang saya tidak ingin adalah saya jadi ban serep. Itu. Dari awal saya sudah tekad begitu. Dan saya melihat pengalaman saya beberapa waktu dengan Pak SBY ini, beliau itu orangnya terbuka. Mendengarkan, dan kalau itu idenya bagus, akhirnya diterima. Kapasitas untuk mendengarkan itu ada. Ini saya timbang-timbang juga sebagai bahan untuk mengambil, ok yes," ujarnya.

Dengan jujur ia pun mengaku bahwa jaminan finansialnya akan membaik jika pencalonan ini berjalan dengan mulus. Namun, ia menegaskan bukan hal itu yang menjadi perhatiannya. "Kalau dipikir saya ya lebih enak dipilih. Dari berbagai segi, termasuk finansial, saya yakin lebih baik. Tapi bukan itu. Saya tidak mencari itu. Saya kira, kalau sudah mendekati lap atau putaran hidup yang terakhir, ya akhirnya you want something to leave di dunia. Itu saja, there's nothing more than that," katanya lagi.

"Intinya, sebelumnya saya tidak menandatangani apa-apa dengan Presiden. Dengan pengertian itu. Pengertian bahwa saya tidak jadi ban serep. Dan saya percaya itu bisa, tidak harus pakai kontrak-kontrak politik hitam putih. Kalau saya bisa merasakan style beliau, tampaknya ada ruang bagi saya untuk melakukan kontribusi yang lebih baik," demikian Boediono.

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/05/19/1546498/kenapa.boediono.mau.jadi.cawapres

Renungan: Membaca berita yang satu ini sungguh membuat saya termenung, khususnya ketika membaca perkataan Boediono, selaku cawapres dari capres SBY. Boediono bertutur pada media, "Saya kira, kalau sudah mendekati lap atau putaran hidup yang terakhir, ya akhirnya you want something to leave di dunia. Itu saja, there's nothing more than that." Sangat menarik perkataan tersebut. Entahlah apakah ia merohanikan sesuatu demi kepentingan politik, namun fakta perkataan yang terlontar dari mulutnya sungguh menarik buat saya.

Perkataan yang satu itu kembali mengingatkan saya akan something to leave di dunia ini. Apa yang telah saya tinggalkan dalam dunia ini? Karya dan sumbangsih apa yang dapat dikenang oleh orang banyak? Bukan sebuah narsisme, namun bukankah kita memang perlu menjadi berkat seluas mungkin semasa hidup?

Apakah something to leave itu dari saya? Dan bagaimana mewujudkannya? Biarlah ini menjadi perenungan saya dan Anda, bila berkenan. Tapi jangan lupa, jangan hanya merenung saja, do it as soon as possible sebab kita tidak pernah tahu kapan putaran hidup yang terakhir itu terjadi.

Monday, May 11, 2009

93,7 Persen Anak Indonesia Pernah Ciuman, Petting, dan Oral Sex

Senin, 2 Maret 2009 | 16:30 WIB
Laporan wartawan Evy Rachmawati

JAKARTA, SENIN — Banyak sekali orangtua sekarang terperangkap dalam ketidaktahuan dan tidak tahu harus berbuat apa menghadapi maraknya peredaran materi pornografi, baik dalam bentuk keping cakram, video games, maupun komik. Padahal, anak-anak makin rentan terpapar materi pornografi yang pada akhirnya bisa menimbulkan kecanduan seks dan merusak otak.

Demikian disampaikan Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman dalam seminar bertema "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Intelegensia", Senin (2/3), di auditorium Departemen Kesehatan, Jakarta.

"Banyak orangtua tidak tahu harus berbuat apa ketika anaknya mogok sekolah, mulai kelas lima sekolah dasar sampai sekolah menengah atas karena main games tak henti-hentinya," kata Elly Risman. Hampir tiap hari ada saja berita tentang anak dan remaja berbuat mesum dan foto bugil yang ditayangkan, baik di televisi, maupun dinikmati rekan sebaya mereka.

Dalam Pertemuan Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati dengan 1.625 siswa kelas IV-VI sekolah dasar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tahun 2008 terungkap, 66 persen dari mereka telah menyaksikan materi pornografi lewat berbagai media. Sebanyak 24 persen di antaranya lewat komik, 18 persen melalui games, 16 persen lewat situs porno, 14 persen melalui film, dan sisanya melalui VCD dan DVD, telepon seluler, majalah, dan koran.

Mereka umumnya menyaksikan materi pornografi itu karena iseng (27 persen), terbawa teman (10 persen), dan takut dibilang kuper (4 persen). Ternyata anak-anak itu melihat materi pornografi di rumah atau kamar pribadi (36 persen), rumah teman (12 persen), warung internet (18 persen), dan rental (3 persen). "Kalau kita jumlahkan, yang melihat di kamar pribadi dan di rumah teman, berarti satu dari dua anak melihatnya di rumah sendiri," ujarnya.

Adapun hasil survei yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia tahun 2007 menunjukkan, sebanyak 97 persen dari responden pernah menonton film porno, sebanyak 93,7 persen pernah ciuman, petting, dan oral sex, serta 62,7 persen remaja yang duduk di bangku sekolah menengah pertama pernah berhubungan intim, dan 21,2 persen siswi sekolah menengah umum pernah menggugurkan kandungan.

Kondisi ini terjadi karena mereka sudah terpapar pada pornografi sejak belia. Hal itu dikatakan Elly. Dari pertemuan Yayasan Kita dan Buah Hati dengan puluhan ribu orangtua di 28 provinsi ketika seminar, pihaknya menemukan rata-rata hanya 10 persen dari para orangtua yang bisa menggunakan peralatan atau permainan canggih yang mereka belikan untuk anak-anak mereka.

Bahkan, belakangan ini banyak situs internet dengan nama yang tidak terkait dengan materi seks ternyata mengandung materi pornografi. Beberapa dari situs itu bahkan menggunakan nama tokoh kartun yang digemari anak-anak seperti Naruto, serta memakai istilah nama hewan seperti lalat atau nyamuk yang biasanya dibuka anak-anak itu ketika mengerjakan tugas sekolah.

Mereka umumnya tidak tahu dampak negatif video terhadap kerusakan otak anak. "Kita berada dalam kultur abai pada anak sendiri. Di sisi lain, kita semua belum menganggap bencana pornografi itu sama pentingnya dengan masalah flu burung, HIV/AIDS, narkoba, dan penyakit-penyakit menular lainnya," ujarnya.

Maka dari itu, ia mengajak agar para orangtua, baik ayah maupun ibu, lebih terlibat dalam pengasuhan anak-anak mereka sejak belia. Kurangnya peran ayah dalam pengasuhan anak pada usia dini, khususnya pada anak lelaki, mengakibatkan terputusnya jembatan komunikasi antara orangtua dan anak. Hal ini membuat banyak anak memilih mencari informasi dari luar rumah yang bisa jadi malah menjerumuskan mereka dalam dunia pornografi.

Pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan terhadap peredaran materi pornografi, "Antara lain dengan membatasi atau memblokir situs-situs internet pornografi, menerapkan regulasi yang ketat terhadap video games, terutama yang mengandung materi tidak edukatif atau berbau pornografi," kata Elly.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/03/02/16302969/937.persen.anak.indonesia.pernah.ciuman.petting.dan.oral.sex

Pornografi Merusak Otak Anak

Senin, 2 Maret 2009 | 20:10 WIB

JAKARTA, SENIN - Paparan materi pornografi dalam waktu yang lama dan terus menerus terhadap anak ternyata dapat merusak otak. Potensi kecerdasaan yang seharusnya bisa berkembang ketika makin dewasa jadi terhambat.

Demikian disampaikan dr. Donald L. Hilton, Jr.,M.D., F.A.C.S, pakar bedah saraf dari Texas, Amerika Serikat di Jakarta, Senin (2/3).

Menurut Donald, kerusakan otak bisa terjadi karena di dalam otak manusia terdapat hormon atau zat kimiawi yang bernama dopamin. Zat ini berperan mengatur pemenuhan akan kesenangan (pleasure) pada manusia, misalnya pada saat bermain game, berjudi, pemakaian obat-obatan, juga dalam kesenangan seksual.

Pemenuhan hasrat senang secara normal tidak menimbulkan masalah bagi hormon ini. Hormon ini akan berada dalam kondisi seimbang. Namun, kata Donald, hormon ini akan menjadi masalah ketika pemenuhan kesenangan ini berlangsung tidak normal atau berlebihan.

"Pada orang yang kecanduan akan kesenangan tertentu seperti kecanduan pada pornografi, hormon ini akan terpakai terus menerus dan pada akhirnya jumlahnya menjadi sangat sedikit, " jelas Donald. Akibatnya, otak akan mengerut (shrinked), terutama pada pusat-pusat otak yang mengontrol kesenangan.

Orang makin tidak bisa menguasai diri, dan terus berupaya mendapatkan kepuasan berulang-ulang. Intensitasnya pun makin meningkat. Adiksi kesenangan tertentu juga dapat mempengaruhi kekuatan daya belajar dan memori.

"Pada sel otak normal rangkaian listrik bejalan sangat cepat. Namun pada sel otak yang addicted rangkaian listrik ini berjalan lebih lamban, " ujar Donald. Selain itu, mengerutnya otak juga mengganggu sistem komunikasi

Hal ini dapat diatasi dengan memperbaiki sel otak yang rusak. Ada empat faktor penting dalam proses penyembuhan, antara lain motivasi diri, lingkungan yang aman, support group, dan konselor atau terapis.

Di Amerika, menurut Donald, proses penyembuhan memakan waktu kurang lebih 18 bulan agar fungsi otak normal kembali.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/03/02/20105766/pornografi.merusak.otak.anak

Anak-anak, Pasar Empuk Pembuat Produk Pornografi

Selasa, 5 Mei 2009 | 13:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anak-anak di bawah umur 10 tahun belum dapat menggunakan logika berpikir secara maksimal. Apa yang mereka lihat akan langsung dipraktikan tanpa menganalisis benar atau salah. Setelah mereka melakukan tindakan itu dan merasa mendapatkan kenikmatan, mereka akan mengulangi tindakan tersebut lagi dan lagi. Dengan demikian, tak mengherankan jika anak-anak adalah target utama para pembuat dan pemasar tayangan pornografi.

Elly Risman, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, menerangkan, sebelum membuat tayangan pornografi, para ahli berkumpul untuk merancang "strategi". "Ada ahli dari ahli syaraf, psikolog, dan yang pasti ahli-ahli dari pembuat teknologi yang membuat tayangan tersebut menarik. Kemudian, pasar yang dibidik adalah anak laki-laki yang belum baliq," ujarnya setelah pembahasan Uji Materi UU Anti Pornografi, di Kantor KPAI Jakarta, Selasa (5/5).

Ia menerangkan, pada anak laki-laki yang belum mengalami masa puber sekitar umur 9 tahun, mereka mempunyai rasa penasaran yang tinggi terhadap tayangan pornografi. "Anak-anak dilarang menonton tayangan itu oleh orangtuanya dengan alasan masih kecil, dan itu membuat rasa penasaran mereka bertambah," kata dia.

Saat orangtua lengah, ia melanjutkan, anak akan mencuri-curi untuk menonton tayangan pornografi itu. Setelah menonton tayangan tersebut, apa yang dilihat akan tersimpan terus di dalam sistem limbik. "Tak jarang saat menonton, anak mengalami orgasme. Pada saat itu mereka memang merasa berdosa. Namun, karena merasa ada sesuatu yang menyenangkan, mereka akan mengulanginya lagi," ungkapnya.

"Dan setelah mengalami 33-36 kali pengalaman orgasme, seumur hidup anak akan kecanduan pada tayangan pornografi itu," imbuhnya.

Menurutnya, jika pada umur 9 tahun saja anak sudah kecanduan dengan tayangan pornografi, pada usia 14 tahun anak itu berpotensi melakukan hal-hal yang lebih berbahaya lagi karena setiap hari kadar adiksi dan tingkah laku anak terus berkembang.

"Untuk mencegah anak-anak kecanduan pada tayangan pornografi, orangtua juga harus mengawasi kegiatan anak. Kalau mau memberikan mainan untuk anak, sebaiknya dilihat dulu, kalau tidak mengerti tanya pada pihak lain," kata dia.

"Hilangkan budaya tidak peduli antara anak dan orangtua. Walaupun sibuk, tetap berikan perhatian kepada anak. Selain itu, pemerintah juga harus menegakkan peraturan dengan tegas. Anak-anak harus dilindungi," tandasnya.

RDI
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/05/13082264/anak-anak.pasar.empuk.pembuat.produk.pornografi

Kejahatan Libatkan Anak Memprihatinkan

Sabtu, 9 Mei 2009 | 18:07 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Dari hasil monitoring yang dilakukan Perkumpulan Studi dan Advokasi Anak Indonesia (Perisai) selama Januari-Maret 2009 tercatat 17 kasus kejahatan yang melibatkan 28 anak-anak.

"Dari hasil monitoring yang telah dilakukan, secara umum diketahui jumlah kejahatan anak yang cukup memprihatinkan, dan juga semakin mudanya usia anak berkonflik hukum dan kualitas tindak kriminal yang melibatkan mereka," kata Koordinator Eksekutif Perisai, Fatah Muria, di Semarang.

Berdasarkan tempat kejadian perkara (locus delicti), lokasi kejahatan terbanyak ada di Kota Semarang dengan 22 anak, Kabupaten Kendal dua anak. Sedangkan di Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Brebes masing-masing satu anak.

Dari data monitoring juga menunjukkan rata-rata usia mereka 17 tahun (sepuluh anak) dan 16 tahun (delapan anak). "Namun yang memprihatinkan lagi, terdapat dua anak yang berusia 11 dan 12 tahun yang telah melakukan tindak pidana pencurian," katanya.

Lebih lanjut, Farah mengatakan, bentuk kejahatan yang dilakukan anak-anak ini tidak bisa dipandang sebagai sebuah kenakalan karena sebagian besar pelaku melakukan tindak pidana pencurian, perampasan, bahkan perampokan.

"Beberapa anak juga diketahui telah melakukan tindak pidana lebih dari satu kali dan berstatus residivis," ujarnya.

Mengenai jenjang pendidikan anak-anak pelaku tindak kejahatan, Fatah mengatakan bahwa sebagian besar tidak tercatat, tetapi diperkirakan anak yang berkonflik hukum itu adalah anak-anak yang putus sekolah dari tingkat SMP dan SMA.

Selanjutnya Fatah menyimpulkan bahwa ruang lingkup kejahatannya semakin luas khususnya antarkabupaten dan lintas provinsi. Kualitas barang yang dicuri juga semakin meningkat, antara lain telepon seluler, uang tunai dengan nilai cukup tinggi, dan sepeda motor.

Pada kesempatan tersebut, Fatah mengingatkan bahwa dalam penanganan hukum kepada mereka harus tetap memperhatikan beberapa hal, seperti aspek psikologis, mengedepankan sosialisasi hukum, pendampingan psikologis, pemisahan tempat penahanan hingga pendampingan pengacara.

"Penanganan masalah tersebut sangat kompleks karena penanganan tanpa diimbangi program terpadu terkait pendidikan, kesehatan, bimbingan psikologis, dan keterlibatan komunitas akan mendorong kecenderungan untuk mengulangi perbuatannya yang melanggar hukum," katanya.

Oleh karena itu, Perisai melalui Fatah Muria merekomendasikan beberapa hal, yaitu perlunya koordinasi lintas dinas khususnya dinas pendidikan, dinas sosial, dan dinas kesehatan yang bekerja sama dengan aparat kepolisian.

Pendekatan secara integral antara aspek legal, sosial, dan psikologis diharapkan akan dapat memutus mata rantai keterlibatan anak-anak dalam melakukan tindak pidana kriminal.

ABD
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/09/18075770/kejahatan.libatkan.anak.memprihatinkan