Wednesday, September 10, 2008

ASALKAN ADA CINTA

Apa itu cinta? Banyak sekali artinya. Silakan menelusurinya di internet, dan Anda akan menemukan banyak sekali pengertiannya. Ada yang mengartikan cinta sebagai bentuk kemampuan dan kemauan untuk mengizinkan orang-orang yang kita kasihi mengambil pilihan bagi dirinya sendiri, tanpa ada embel-embel menguntungkan diri kita (Leo Buscaglia). Ada pula yang mengatakan bahwa cinta itu merupakan perjumpaan dengan perbedaan dan menemukan cara-cara yang sama, berbagi keputusan, dan mengemban tanggungjawab bersama-sama untuk menjalankan hasilnya. Ada pula yang mengartikan cinta dari 1 Korintus 13. Dan seterusnya. Menurut Anda sendiri, apa itu cinta?

Apapun artinya cinta, bagi raja Daud cinta itu sebuah action. Sebuah tindakan nyata. Coba renungkan 1 Tawarikh 29: 1-9, dan Anda akan berjumpa dengan arti cinta bagi raja Daud, khususnya cinta yang ditujukan pada rumah Allah. Dalam perenungan saya, mata saya terpaku pada ayat 3, yang berbunyi demikian: "Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri . . ." Kaitannya antara cinta Daud pada rumah Allah dan pemberian barang berharganya pada rumah Allah sangatlah jelas. Tidak perlu banyak tafsiran yang rumit. Ini sangat sederhana. Tapi rasakan kedalamannya!

Situasinya waktu itu raja Daud merencanakan untuk membangun rumah Allah. Ia benar-benar serius melakukan berbagai persiapan untuk pembangunan tersebut. "Pekerjaan ini besar, sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk Tuhan Allah," demikian kata raja Daud. Nah dalam persiapannya itu, raja Daud kemudian mengumpulkan segala dukungan dari para pembesar Israel.

Namun Daud tidak hanya asal bicara, alias NATO (No Action Talk Only). Ia tidak hanya menggalang dana dan barang dari orang lain. Tapi ia pun mempersembahkan apa yang menjadi miliknya untuk rumah Allah. Yang dipersembahkan bukan barang murahan, tapi barang yang mahal, yang terbaik pada zamannya. Jumlah yang dipersembahkan pun juga tidak tanggung-tanggung. Tiga ribu talenta emas (1 talenta = 34 kilogram; 3000 talenta = 102.000 kilogram). Selain itu, emasnya adalah emas yang sangat mahal, yaitu emas Ofir (bdk. Ayub 28: 16 di mana Ayub secara tidak langsung menunjukkan tingkat kemahalan emas Ofir pada zamannya). Tapi itu belum selesai. Daud masih mempersembahkan 7000 talenta perak murni (atau 238.0000 kilogram). Bravo!

Kok bisa Daud melakukan hal yang sedemikian hebatnya? Sekali lagi, karena cintanya pada rumah Allah. Asalkan ada cinta, pengorbanan sedemikian rupa menjadi sukacita. Asalkan ada cinta, pemberian sedemikian rupa diberikan dengan tulus. Asalkan ada cinta, Tuhan pun senang. Betapa kuatnya sebuah cinta itu! Yang penting . . . asalkan ada cinta.

Apakah kita mencintai rumah Tuhan? Tolong jangan diartikan secara ekstrem, yaitu kita mencintai rumah Tuhan dan bukan Tuhannya sendiri. Saya yakin Daud pun tidak bermaksud demikian. Tapi ini berbicara soal pelayanan kepada Tuhan melalui pembangunan rumah Allah. Kadang kita perlu prihatin terhadap rumah Allah karena banyak orang Kristen yang sibuk memerhatikan rumah sendiri ketimbang rumah Allah. Bila atap rumah kita dimakan rayap, maka kita segera memperbaikinya. Tapi bagaimana bila atap rumah Allah yang dimakan rayap? Adakah kita mempedulikannya? Bila ruang tamu rumah kita didesain sedemikian indahnya, maka bagaimana dengan ruang ibadah di dalam rumah Allah? Adakah kita mempedulikannya? Untuk membangun rumah kita, kita berani berkorban banyak hal, seperti waktu, tenaga, uang, pikiran, dan lainnya. Tapi bila untuk pembangunan rumah Allah, maka apakah kita berani berkorban sedemikian rupanya?

Asalkan ada cinta . . . Anda akan bertindak bagi rumah Allah!

No comments: