Friday, February 01, 2008

COUNSELLING: A PROBLEM-SOLVING APPROACH (4)

Menangani Masalah yang Diajukan

Bagi klien, masalah yang diajukan dalam konseling adalah masalahnya. Sebab itu, seorang konselor bertanggungjawab atas masalah yang diajukannya. "There is no reason to go about trying to discover or uncover the real or underlying problem," kata Yeo.[1] Lebih baik seorang konselor melihat masalah yang diajukan sebagai masalah yang sesungguhnya itu. Masalah yang diajukan adalah masalah yang menjadi perhatian utama klien di mana ia berminat untuk memecahkannya. Memang bisa saja klien memiliki masalah yang lain atau menggunakan masalah yang diajukan sebagai starting point-nya dalam konseling. Tapi apapun alasannya, kita harus tetap berfokus pada masalah yang diajukan. Berbuat sebaliknya justru dapat membuat klien bertambah stress dan kehilangan apa yang dianggap sebagai masalah bagi kliennya. Yeo menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "A Counsellor should not try to do more than he is required, as it can lead to further complications for the client."[2]

Manusia
dan Relasinya

Dalam PSA, manusia tidak diperlakukan dalam isolasi. Dia adalah anggota dari sebuah keluarga dan memiliki sistem dukungan dari orang-orang tertentu. Tatkala klien mengajukan sebuah masalah, kita perlu melihat relasi klien dengan keluarga, dan melihat seberapa jauh pengaruh keluarga dengan masalah klien tersebut. Hal ini tidak berarti konselor memberikan terapi keluarga atau terapi pernikahan. Yeo mengatakan, “If there is no mention of marital problems, even though they are evident to the counsellor, they should not be dealt with.”[3] Dengan melihat manusia dan relasinya, maka pertolongan dalam konseling akan lebih bersifat holistik.



[1] Counselling, 16.

[2] Ibid., 17.

[3] Ibid., 18.

No comments: