Thursday, October 25, 2007

RADIO

Radio adalah sebuah judul film yang baru saja saya lihat dan perlu Anda tonton. Absolutely! Apa inti cerita dari film tersebut? Film yang diangkat berdasarkan true story ini mengisahkan mengenai seorang pelatih futbol Amerika yang menerima pemuda idiot apa adanya. "Radio" bukanlah nama si pemuda atau si pelatih tersebut. "Radio" adalah satu kata yang untuk pertama kalinya diucapkan pemuda idiot itu kepada Jones, pelatih futbol di SMU Hannah, Amerika. Ketika sebagian siswa SMU Hannah menganggap rendah "Radio", Jones tetap memandangnya seperti orang normal.

Apakah mudah bagi sang pelatih untuk menerima kehadiran "Radio" apa adanya? Sangat tidak mudah! Ada tantangan, ada hambatan. Dikisahkan di sana bahwa ia sempat mendapatkan tekanan dari orangtua, siswa, dan termasuk anggota yayasan/dewan sekolahnya. Tapi visi Jones tetap jelas, yaitu menerima "Radio" apa adanya.

Lalu apa hasilnya? Lambat laun para siswa SMU Hannah mencintai "Radio" dan menerima keberadaannya. Dalam kelas, meski ia berperangai seperti siswa pada umumnya, namun teman-teman kelasnya bisa menerima pemuda ini. Para orangtua pun menerima "Radio" apa adanya. Ada perubahan yang terjadi dalam komunitas SMU tersebut. Mereka belajar bagaimana menerima orang apa adanya. Belajar mengasihi orang bukan karena apa yang dia lakukan, tetapi karena siapa dia-nya; bukan karena fungsinya, tetapi karena pribadinya.

"Radio" akhirnya lulus dari SMU. Tapi siapa yang menyangka bila 26 tahun kemudian "Radio" menjadi pelatih futbol yang paling dicintai di SMU Hannah. Jones benar ketika ia sempat berkata di depan para orangtua murid demi memperjuangkan keberadaan "Radio" di sekolah: "Dia tidak belajar dari kita, tetapi kita belajar dari dia." Bagi Jones, "Radio" adalah seorang pemuda yang sama dengan pemuda-pemuda lainnya, butuh dikasihi dan diterima apa adanya. Apa yang ditabur Jones akhirnya dituai pula. Jones boleh berbesar hati ketika ia melihat "Radio", yang nama aslinya adalah James Robert Kennedy, menjadi pelatih futbol di SMU Hannah.

Coba bayangkan, apabila di komunitas Anda, entah di gereja, di sekolah, atau bahkan di rumah, ada orang yang berperilaku tidak seperti orang lain pada umumnya, maka apa yang akan Anda lakukan? Ketika orang pada umumnya menilai bahwa ia tidak berguna, maka apakah kita juga turut dalam penilaian tersebut? Saya jadi teringat pada apa yang dilakukan Yesus. Bila Ia melihat pada nilai guna atau fungsi kita, maka Ia tidak akan mau turun ke dunia untuk menyelamatkan kita. Tapi oleh karena Ia melihat nilai dalam pribadi kita, maka Ia mau mati bagi kita. Ia melihat kita sebagai biji mata-Nya. Pertanyaannya, mata siapakah yang akan kita pakai untuk melihat orang-orang yang seringkali dianggap tidak berguna oleh masyarakat?

No comments: