Thursday, April 05, 2007

DI BAWAH BAYANG-BAYANG TRAUMA (11)

IV. TRAUMA DAN KEHILANGAN
Trauma, pada umumnya, disebabkan karena orang tersebut mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang. Yeo dalam On Wings of Storm menyajikan kepada kita tiga macam kehilangan yang dapat dialami oleh orang traumatis:

Kehilangan Properti
Dalam tragedi Mei 1998, banyak sekali orang kehilangan propertinya. Banyak rumah, toko, bangunan megah, tempat kenangan, tempat makan yang hancur. Anak-anak tidak bisa lagi pergi ke sekolah dan orang-orang dewasa pun tidak dapat pergi ke kantor yang sudah hancur lebur. Belum lagi, banyak keluarga harus menderita karena kehilangan tempat tinggalnya sehingga sebagian di antara mereka harus mengungsi ke rumah sanak saudara, ataupun ke tempat yang lain. Semua hal ini hampir dapat dipastikan akan menimbulkan pengalaman traumatis bagi orang-orang yang kehilangan propertinya.

Kita tentunya pernah menyaksikan, baik secara langsung atau tidak, betapa pedihnya seseorang yang kehilangan propertinya. Tentu Anda tahu kasus rumah-rumah liar yang digusur pemerintah. Meski mungkin mereka sudah diperingatkan terlebih dahulu, namun toh mereka akan menjerit atau menangis secara histeris bila mesin buldoser datang menghampiri dan menghancurkan rumah-rumah mereka. Kepedihan mereka akan semakin bertambah bila mereka sama sekali tidak memiliki harta yang berharga lainnya.

Kehilangan Proyek
Kehilangan proyek dapat berupa kehilangan impian, cita-cita, atau harapan. Kadangkala kehilangan proyek dapat menimbulkan level traumatis yang lebih mendalam ketimbang kehilangan properti. Pada umumnya, seseorang menikmati hidupnya dengan adanya impian yang hendak dikejarnya. Dari sanalah ia akan memiliki semangat hidup dan semangat juang untuk mencapai hal yang diharapkan. Namun bila apa yang diharapkan itu terhilang karena hambatan-hambatan tertentu, maka ia bisa menjadi frustrasi, putus asa, dan bahkan merasa ingin mati.

Contohnya Patrick yang terserang kanker paru-paru. Dalam menjalani hari-harinya, Patrick tidak takut terhadap kematiannya atau apa yang ada di balik kematian itu. Ia tidak frustrasi dengan kondisi kankernya. Tapi apa yang menjadi kepedihan mendalam baginya adalah ia tidak dapat menggapai impian yang selama ini diidam-idamkan. Ia merasa bahwa perjuangan hidupnya yang telah dijalani sekian lama tiada artinya lagi karena ia akan meninggalkan dunia ini.

Keadaan yang sama juga dapat dialami oleh orang yang lumpuh. Adalah hal yang lebih pahit bila orang yang lumpuh itu masih berusia produktif. Apa sebabnya? Karena biasanya orang yang berusia produktif memiliki banyak impian. Bahkan, cukup banyak di antara mereka yang menyandarkan keberhargaan dirinya pada perjuangan dan mimpinya itu. Sebab itu, bila ia mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia harus berhenti bekerja, maka hal itu dapat membuat pengalaman traumatis yang cukup dalam baginya.
Namun ada satu lagi jenis kehilangan. Kehilangan yang jauh lebih terasa pahit bagi kebanyakan orang. Kehilangan apa itu? Di waktu mendatang saya akan membahas hal ini. Tunggu ya!

No comments: