Friday, April 27, 2007

ANDAI DIA DUDUK DI DEKAT ANDA . . .

Suasana haru menyelimuti aula Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri kemarin siang. Saat itu, dengan suara terbata-bata dan diiringi isak tangis, Julia Girsang, 43, menceritakan peristiwa paling kelam dalam sejarah keluarganya pada 26 Mei 2004.

Hari itu suaminya, Ferry Silalahi, yang berdinas sebagai penuntut umum di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah, meregang nyawa. Peluru yang ditembakkan orang tak dikenal menembus dadanya. Mobil Isuzu Panther yang melaju di Jalan Swadaya, Palu, itu pun berhenti.

Yang membuatnya trauma, saat peristiwa terjadi, Julia berada di kursi depan di samping Ferry. "Kata pertama mendiang suami saya, ’Mami kita ditembak’," ujarnya mengenang. Dia kemudian kembali menangis.
Suara tangis Julia didengar Lilik Purnomo alias Haris, penembak sang suami, yang duduk terpisah sekitar 20 kursi sebelah kiri Julia. Namun, posisi keduanya tidak memungkinkan untuk saling menatap karena terhalang wartawan.

Mendengar tangis Julia, Haris menundukkan wajah. Kemarin, untuk kali pertama Julia datang bersama kedua anaknya, Adolf, 6, dan Angeliq, 5. Turut hadir beberapa kerabat dekat Julia, termasuk mantan Menpan T.B. Silalahi.

Ketika jenazah (Ferry) yang menjadi korban rangkaian kerusuhan Poso dan Palu, Sulawesi Tengah, disemayamkan, kata Julia, dirinya berdoa agar Tuhan mempertemukan dengan orang yang menembak suami. "Tuhan, pertemukan aku dengannya. One day (suatu hari) aku pasti bertemu," lanjut perempuan yang kini menetap di Tangerang, Jawa Barat, itu.

Hampir tiga tahun berlalu, keinginan Julia akhirnya terkabul. Tapi, perempuan 43 tahun itu tidak menaruh dendam sedikit pun. "Pada Mas (Haris) yang melakukan sesuatu pada suami saya, sungguh ini anugerah dari Tuhan. Sedikit pun saya tidak ada dendam," tegasnya. Karena sikapnya tersebut, Julia mengakui ada orang yang mengatakan dirinya tidak sayang kepada suami.

"Saya tidak tahu. Yang saya tahu Tuhan ada dalam diri saya yang memaafkan. Orang juga mungkin bilang saya gila. Suamimu ditembak di depan kamu dan kamu lihat sendiri tetesan darahnya (tapi kamu maafkan)," katanya. Dia kemudian menangis lagi.

Bila Anda menjadi Julia, sang istri yang melihat suaminya tertembak, maka apa yang Anda mau lakukan ketika sang penembak ternyata duduk di dekat Anda?

No comments: