Monday, March 12, 2007

SELAMAT DATANG KIDUNG AGUNG!

Penulis Kitab
Diskusi mengenai identitas pengarang kitab ini dimulai dari kalimat pembuka yang mengatakan, “Kidung Agung dari Salomo”. Dalam terjemahan bahasa Indonesia yang lain (BIS) juga dituliskan hal yang senada, yaitu, “Kidung Agung ciptaan Salomo”. Namun apakah memang benar Salomo menulis kitab ini? Beberapa sarjana meyakini bahwa kalimat pembuka tersebut merupakan tambahan setelah penulisan kitab. Kalau begitu, masihkah kita dapat meyakini bahwa penulis kitab Kidung Agung adalah Salomo?

Jawabannya, ya, kita dapat meyakini bahwa penulis kitab adalah Salomo. Alasan paling kuat terdapat dalam 1 Raja-raja 4:29-34. Dari kitab itulah kita dapat meyakini bahwa Salomo diberikan hikmat ilahi untuk menuliskan kata-kata hikmat termasuk ribuan kidung dalam kitab Kidung Agung. Jadi, meskipun kalimat pembuka kitab merupakan tambahan, namun kita tetap dapat meyakini bahwa keseluruhan kitab ditulis oleh Salomo. Hal ini juga mendapat dukungan dari tradisi gereja.

Jenis Tulisan
Kitab Kidung Agung berisi kumpulan tulisan tentang puisi yang bertemakan tentang cinta. Lebih khusus, kitab ini adalah puisi dengan lirik yang mengungkapkan pemikiran dan perasaan penulisnya melalui gaya penulisan yang artistik dengan suatu keinginan untuk menyajikan pikiran dan perasaannya ke hadapan pembacanya. Selain itu, jenis tulisan kitab ini juga berbeda dengan kitab-kitab Ibrani lainnya; sebaliknya, jenis tulisan kitab Kidung Agung lebih cenderung mirip dengan puisi-puisi cinta di Timur Dekat kuno.

Dengan pengenalan singkat di atas, maka kita tidak bisa menafsirkan kitab ini secara narasi (bentuk cerita), seperti kitab Matius. Sebaliknya, kita harus menafsirkan kitab ini secara puisi juga. Selain itu, kita juga harus mempelajari sedikit kebudayaan kuno pada zaman penulisan Kidung Agung, dan memahami pikiran serta perasaan penulis ayat demi ayat.

Masalah Kanonisasi
Bila kita membaca kitab Kidung Agung secara keseluruhan, maka kita tidak akan menemukan kata “Allah” atau “Tuhan” di dalamnya. Mungkin kita bertanya, “Mengapa kitab ini termasuk dalam kanon (dikukuhkan sebagai firman Allah)?” Perlu kita ketahui, bahwa pertanyaan seperti ini masih muncul di kalangan sarjana hingga saat ini. Namun untuk menjawab hal ini, ada baiknya kita menilik perkataan seorang rabi Yahudi, yang bernama rabi Aqiba. Ia mengatakan demikian, “Allah melarang!—tidak ada seorang pun di Israel yang boleh mempersoalkan apakah kitab Kidung Agung ditulis oleh tangan yang tidak kudus . . . karena seluruh kitab adalah kudus; tetapi Kidung Agung adalah kudus di antara yang kudus.”

Rabi Aqiba mungkin dapat memberikan titik terang bahwa Kidung Agung juga termasuk dalam firman Allah. Selain itu, masalah kanonisasi kitab ini dapat diselesaikan bila kita melihat identitas penulis kitab Kidung Agung. Kita meyakini bahwa Salomo adalah penulis yang diberikan hikmat untuk menuliskan kata-kata bijaksana beserta kidung-kidung agungnya (lih. 1Rj. 4:29-34). Dengan demikian, kita masih dapat meyakini bahwa Kidung Agung adalah firman Allah.

Pesan Teologis
Bila kitab ini berisi puisi cinta, maka masihkah kitab ini mengandung pesan teologis? Jawabannya ya. Bila kita mempercayai bahwa Kidung Agung adalah firman Allah, maka ia pasti mengandung dan membawa pesan teologis kepada para pembacanya. Seorang sarjana PL bernama Tremper Longman menjelaskan bahwa pesan teologis ini tidak berbicara mengenai relasi manusia dengan Allah secara langsung; tetapi, kitab ini lebih berbicara mengenai kehidupan seks yang benar. Kitab ini akan memberikan kontribusi pada studi teologis tentang seksualitas dan tentunya kontribusi seperti ini sangatlah penting dalam zaman ini. Kenapa demikian? Karena zaman ini seringkali meandang seks dalam dua bentuk kesalahan: (1) Memperlakukan seks sebagai berhala. Seks menjadi obsesi utamanya. Tidak peduli jenis seksnya, entah itu heteroseksual, homoseksual, perzinahan, namun yang pasti masyarakat memandang bahwa tanpa seks hidupnya akan membosankan dan tanpa makna. (2) Gereja sering bungkam dengan topik seks karena hal ini dianggap tabu atau tidak kudus. Melalui kitab ini, gereja akan diingatkan bahwa seks itu adalah baik dan menyenangkan. Seks itu tidak jahat selama ia berada dalam parameter pernikahan. Sebab itu, Kidung Agung sebenarnya merupakan kitab yang tidak boleh terlewatkan dalam pembicaraan mengenai kehidupan seksual orang Kristen.

(Disarikan dari: Raymond B. Dillard & Tremper Longman III, An Introduction to the Old Testament dan Tremper Longman III, Song of Songs)

No comments: