Sunday, March 04, 2007

DOA KOMUNAL

Daniel 9
“Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu.” (Dan. 9:5)

Kita bisa sedikit bernapas dengan lega ketika membaca pasal ini. Mengapa? Karena, meski tidak semua ayat dapat dipahami, namun setidaknya kita dapat memahami doa Daniel pada ayat 1-19. Isi doanya masih terkesan akrab di telinga kita. Namun karena sedemikian akrabnya, kita justru dapat melalaikan hal yang penting dalam isi doa tersebut. Hal penting inilah yang justru menjadi keunikan doa Daniel. Hal penting apakah yang terdapat dalam doanya?

Doanya bersifat komunal, inilah hal penting itu. Maksudnya di sini adalah meski Daniel berdoa secara pribadi kepada Tuhan, namun ia berdoa dengan menggunakan kata “kami”. Ya, Daniel selalu menggunakan kata “kami” dalam setiap ayat doanya. Bahkan, ketika Daniel berdoa untuk mengaku dan memohon pengampunan dosa atas bangsa Israel, ia tidak memakai kata “mereka” tetapi kata “kami”. Mengapa? Saya terka karena Daniel merasa bahwa ia tidak bisa dipisahkan dari komunitas (kumpulan orang) Israel. Sebab itu, bila komunitasnya berbuat dosa, maka ia pun sadar bahwa dirinya terhisap di dalam perbuatan dosa itu. Inilah yang membuat Daniel menggunakan kata “kami” dalam doanya.

Apakah kita sering menaikkan doa komunal? Lawan kata dari doa komunal adalah doa individual. Contohnya seperti orang Farisi yang berdoa demikian, “Ya Allah aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.” Ia sangat senang memakai kata “aku” dan “mereka”. Perhatikan perbedaan kedua kata itu. Cukup tajam, bukan? Itulah doa individual.

Berbeda halnya dengan doa komunal. Isi doanya mencerminkan bahwa apa yang dilakukan komunitasnya, ia pun juga terhisap dalam perbuatan itu. Ambillah contoh yang paling gamblang, yaitu dalam keluarga. Andai ada seorang anak melakukan kejahatan, maka apa yang orang katakan tentang anak itu? “Anak siapa ini?” atau “siapa toh papa mamanya?” Itulah komentar yang sering diungkapkan. Apa sebabnya? Karena, perbuatan satu anggota akan dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota yang lain. Sekarang, coba lakukan doa komunal seperti Daniel ketika kita mendoakan jemaat, atau rekan kerja, atau bahkan rakyat Indonesia yang sedang mengalami krisis moral. Selamat mencoba!

Kita hidup bagaikan sebuah jaringan. Satu rusak, maka semua akan terganggu.

No comments: