Tuesday, March 27, 2007

DI BAWAH BAYANG-BAYANG TRAUMA (4)

II. Kehidupan Pasca Trauma

Setelah kita mengenali beberapa sifat peristiwa yang dapat menuntun seseorang pada pengalaman traumatis, sekarang kita akan mengenali dampak-dampak yang terjadi pada orang yang mengalami trauma. Dalam bahasa psikologi, dampak tersebut dikenali sebagai post-traumatic stress disorder (PTSD). Artinya, sebagai konsekuensi dari pengalaman traumatis, seseorang seringkali hidup dalam bayang-bayang pengalaman traumatis itu sendiri. Memang tidak semua orang traumatis akan mengalami PTSD, namun cukup banyak pula orang yang tidak dapat menyelesaikan pengalaman traumatisnya sehingga akhirnya ia mengalami PTSD atau kehidupan yang berada di bawah bayang-bayang trauma. Dengan singkatan SIP, saya akan memaparkan tiga gejala umum pada seseorang yang mengalami PTSD.

Sensitifitas yang tinggi

Gejala ini sering terjadi pada orang yang mengalami pasca trauma. Ia menjadi orang yang sangat sensitif terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Sebab itu, bila ada satu peristiwa yang mungkin bagi orang lain dianggap sepele, namun baginya peristiwa tersebut sudah sangat mengganggu kehidupan pikiran dan emosinya. Dengan kata lain, ia menjadi orang yang mudah tersinggung dengan hal-hal yang kecil. Mungkin sebelum ia mengalami trauma, hal tersebut adalah hal yang biasa, namun setelah ia mengalami trauma, maka hal yang dulunya dianggap biasa dapat menjadi hal yang luar biasa bagi dirinya.

Seorang Ibu X yang baru saja ditinggal suaminya karena kecelakaan mobil bercerita bahwa dirinya sangat tersinggung terhadap satu peristiwa yang terjadi di gereja. Ketika ia datang ke gereja, sang pendeta tidak menyalami dirinya ketika berjumpa di depan pintu gereja. Dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa jemaat lain diberi salam sedangkan dirinya tidak disalami. Karena merasa tidak diterima oleh pendetanya, maka ia pun memutuskan untuk tidak lagi pergi ke gereja. Yang dipikirkan dan dirasakan adalah ia merasa tidak diterima, ia merasa tidak diundang, ia merasa tidak berguna lagi, ia merasa tidak layak sehingga sang pendeta pun melupakan dirinya.

Dari kasus di atas, kita dapat melihat bahwa Ibu X sedang mengalami sensitifitas yang tinggi. Ketika ia merasa tersinggung karena tidak disalami oleh sang pendetanya, maka ia sedang mengalami sensitifitas yang tinggi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dan ketika ia merasa bahwa dirinya tertolak, maka ia sedang mengalami sensitiftas yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Kemungkinan besar sensitifitasnya yang tinggi ini baru terjadi ketika Ibu X mengalami peristiwa traumatis yang terjadi sebelumnya.

Yeo, dalam bukunya On Wings of Storm, menambahkan bahwa sensitifitas yang tinggi dapat mengakibatkan seseorang pada perilaku yang histeris. Suara yang kecil, atau perjumpaannya dengan sesuatu yang asing, atau perubahan yang mendadak, atau reaksi tertentu dari orang lain dapat membuat dirinya mudah terganggu. Atau pula ia menjadi lebih mudah sensitif bila ia melihat peristiwa yang memiliki kemiripan dengan peristiwa traumatis sebelumnya. Contohnya, bagi orang yang pernah menjadi korban pembakaran toko pada bulan Mei 1998 akan lebih sensitif ketika mendengar teriakan-teriakan orang banyak atau melihat kerumunan banyak orang. Bagi orang yang pernah mengalami trauma karena penjambretan, maka sensitifitasnya akan mudah meninggi bila ia merasa ada orang lain yang mengikutinya. Dan, salah satu ekspresi perilaku histeris dari sensitifitas yang tinggi adalah ia dapat berteriak atau menangis (khususnya wanita) atau volume suaranya dapat meningkat secara tiba-tiba (khususnya pria).

Namun hal yang mungkin paling mengganggu bagi seseorang yang mengalami gejala ini adalah ketidakmampuannya untuk beristirahat dengan tenang. Ia mengalami gangguan tidur akibat dari kecemasan yang berlebihan ataupun mimpi-mimpi buruk yang dialaminya. Hal ini jelas akan mengganggu konsentrasi ketika melakukan aktifitasnya sehari-hari, mengganggu emosi, dan mengganggu fungsi kesehatan tubuhnya. Bila gangguan tidur ini tidak dapat diatasi dengan segera, maka kemungkinan besar ia akan mengalami insomnia.

No comments: