Thursday, November 02, 2006

DILAHIRKAN SEBAGAI SEORANG PELAYAN TUHAN

Yohanes 5
“. . . sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 5:30)

Seorang filsuf yang bernama Plato pernah berkata, “Siapakah yang senang kalau harus melayani orang lain?” Mungkin pendapat Plato yang satu ini dapat mewakili kehidupan orang Kristen, termasuk kita. Adakalanya kita merasa risi jika kita disuruh-suruh untuk melakukan sesuatu di gereja, bahkan bisa tersinggung bila yang menyuruh adalah orang yang lebih muda dari kita. Maklum, kita sudah terbiasa untuk menjadi juragan dalam kehidupan sehari-hari. Ya juragan di toko, ya juragan di rumah. Akhirnya, mentalitas juragan pun ikut terseret dalam dunia pelayanan. Ironis, bukan?

Untuk itu, mari kita bercermin kepada kehidupan Yesus Kristus yang dicatat dalam Yohanes 5. Dikisahkan di sana bahwa Yesus sedang menjelaskan tentang status diri-Nya kepada orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Yesus. Dijelaskan oleh-Nya bahwa Ia hadir dan hidup di bumi hanyalah untuk melaksanakan apa yang Bapa mau untuk Ia kerjakan, tidak lebih dan tidak kurang. Sebab itu, apabila Ia disuruh oleh Bapa untuk melakukan sesuatu, maka Ia akan melakukan sesuai dengan permintaan Bapa-Nya.

Dan kali ini, Yesus disuruh Bapa-Nya untuk menyembuhkan orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh di kolam Betesda. Meski hari itu adalah hari Sabat, Yesus tetap melaksanakan amanat Bapa-Nya tanpa tawar-menawar. Meski ada resiko berat yang akan dihadapi-Nya, Yesus tetap melaksanakan kehendak Bapa-Nya tanpa menunda-nunda. Inilah yang dinamakan dengan mentalitas seorang pelayan. Benarlah apa yang dikatakan-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku . . .” (Yoh. 4:34).

Seharusnya, kehidupan Yesus menjadi sebuah inspirasi yang membuat kita sadar bahwa ternyata kita dilahirkan untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Bila kita sadar akan hal ini, maka kita tidak perlu murung dan mutung bila tidak diberikan penghargaan ketika melakukan pelayanan di gereja. Bila kita sadar akan hal ini, maka kita juga tidak akan mudah merasa tersinggung karena disuruh-suruh melakukan pelayanan ini dan itu. Ingatlah, bahwa semua orang adalah para pelayan Tuhan. Tidak ada yang menjadi juragan dalam gereja. Sekali lagi, semuanya adalah pelayan Tuhan.

Biarlah Tuhan yang menjadi Juragan dan kita hanyalah para pelayan-Nya, itu saja!

No comments: