Friday, November 10, 2006

DAMAI DALAM KETIDAKDAMAIAN

Yohanes 14:15-31
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. . . .”
(Yoh. 14:27)

Pada tanggal 20 Desember 1999 UGM (Universitas Gadjah Mada) mengadakan ceramah yang bertemakan Membangun Kedamaian di Ambon. Ceramah tersebut berangkat dari konflik berdarah yang terjadi di kepulauan Maluku. Konflik tersebut telah menelan korban manusia, harta dan perasaan. Akhirnya, ceramah tersebut ditutup dengan membahas tentang langkah-langkah konkret untuk menciptakan suasana damai di Ambon. Diharapkan semua pendengar ceramah dapat melakukan apa yang menjadi solusinya.

Dari pengadaan ceramah tersebut, saya menyimpulkan bahwa manusia merindukan kedamaian. Bahkan bukan hanya manusia Ambon saja yang merindukan kedamaian, seluruh manusia di muka bumi ini pun merindukan yang namanya kedamaian. Buktinya, dalam dunia ini ada begitu banyak pesan-pesan kedamaian yang ditebarkan, entah melalui lagu atau gerakan-gerakan perjuangan kedamaian. Inilah kerinduan seluruh umat manusia, tak terkecuali orang-orang Kristen. Hanya saja apakah kedamaian itu dapat terjadi?

Terus terang, bila kedamaian diartikan sebagai nihilnya konflik, maka saya pesimis hal itu dapat terjadi. Adalah sebuah mimpi di siang bolong apabila kita mengatakan bahwa konflik dalam dunia dapat dihilangkan secara tuntas. Namun bila kedamaian diartikan sebagai keadaan jiwa yang ayem tentrem, maka saya optimis hal tersebut dapat terjadi. Maksudnya, meski secara jasmani kita tidak mengalami kedamaian, namun secara batin kita bisa mengalami kedamaian. Kok bisa, apa resepnya? Cuma satu resepnya, tinggallah di dalam Yesus! Yesus sendiri pernah berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. . . .” (ay. 27).

Adakah kita sedang memiliki batin yang tidak damai? Mungkin masalah keluarga, masalah anak, masalah bisnis, dan masalah-masalah setumpuk lainnya telah menyebabkan batin kita tidak damai. Tetapi percayalah, Tuhan Yesus masih dapat memberikan kedamaian batin bagi kita yang hidup dalam ketidakdamaian jasmani. Karena itu, kita harus tinggal di dalam Yesus. Kita harus makin mendekat kepada Sang Sumber kedamaian itu. Jadi, jangan sekali-kali tinggalkan Yesus!

Bak batu karang yang kokoh, demikian pula kita dapat berdiri kokoh bila kita sudah memiliki kedamaian batin dalam Yesus

No comments: